Guru dan Karyawan MIN 7 Sragen

Terwujudnya Insan Yang Unggul Prestasi Berakhlaq Karimah dan Terampil

Gedung Utama MIN 7 Sragen

Alamat: Drugan, Trobayan, Kalijambe, Sragen

Kegiatan Intern MIN 7 Sragen dan Masyarakat

Kegiatan SWITTER Bersama Fakultas Kedokteran UMS dan Masyarakat Desa Trobayan

Kegiatan Intern MIN 7 Sragen dan Wali Siswa

Pembukaan Bazar Amal Oleh Komite Madrasah dan Pengawas Madrasah

Kegiatan Intern MIN 7 Sragen

Pembukaan Bakti Sosial dan Pengobatan Gratis Bersama SWITTER dan MIN 7 Sragen

Guru dan Karyawan MIN 7 Sragen

Gedung Utama MIN 7 Sragen

Wednesday, May 11, 2016

Gebyar Lomba Kreatifitas Anak TK/RA


Dalam rangka menyongsong Hari Pendidikan Nasional MIN Trobayan Kalijambe Sragen mengadakan GEBYAR LOMBA KREATIVITAS ANAK TK/RA, yang dilaksanakan pada hari Ahad tanggal 1 Mei 2016.
Dengan mengambil lokasi di Kampus MIN Trobayan seluruh peserta yang berjumlah 136 siswa TK/RA yang berasal dari TK ABA 7 Drugan Trobayan, TK ABA 8 Donoyudan, TK ABA 9 Sambirembe, TKIT Mutiara Hati Kalijambe, TKIT Lukmanul Hakim Kalijambe, TKIT Ilman Nafi'an Keden, dan TKIT Insan Mulia Kalijambe, sangat antusias mengikuti lomba yang meliputi : Lomba Mewarnai, Lomba Pildacil, Lomba Baca Pusi, dan Lomba Tahfidz.

Tuesday, May 3, 2016

Buku Problematika Pendidikan Islam di Indonesia



ﮨﺴﻡ ﷲ ﺁﻠﺮ ﺤﻣﻦ ﺁﻠﺮ ﺤﻳﻡ
Buku Problematika Pendidikan Islam di Indonesia yang merupakan kumpulan  hasil pemikiran- pemikiran  yang terus berkembang dibidang Pendidikan Indonesia dari insan – insan yang selalu memikirkan dan mempunyai semangat jihad yang tinggi untuk  kemajuan dan perkembangan pendidikan Islam  di Indonesia. Penulis yang merupakan  guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Trobayan, bertekad untuk menyumbangkan ide dan pemikiran dalam memajukan dan mengembangkan Pendidikan  Islam di Indonesia dalam menyongsong era globalisasi yang rentan dengan segala krisis, termasuk krisis sosial, mental dan budaya, melalui goresan pena disetiap waktu luang diantara tugasnya yang menumpuk sebagai pengajar dan pendidik.

Guru MIN Trobayan Juara 3 POPDA PGRI Kabupaten Sragen

GURU MIN TROBAYAN JUARA 3 POPDA PGRI KABUPATEN SRAGEN (Cabang Pembelajaran Kreatif)

PGRI Kabupaten Sragen pada hari Sabtu, tanggal 30 April 2016 telah mengadakan event akbar tingkat kabupaten dengan nama kegiatan Popda PGRI Kabupaten Sragen. Cabang kegiatan meliputi: Bulu tangkis tunggal putra dan tunggal putri, tenis meja tunggal putra dan tunggal putri, Pembelajaran Kreatif, Senam PGRI, menyanyi tungggal putra dan tunggal putri, tari, serta melukis.
Dalam kegiatan tersebut kontingan PGRI Kecamatan Kalijambe mengirim 12 atlet untuk berlaga mengikuti kompetisi yang dipusatkan di 3 tempat, yaitu olah raga bulu tangkis di GOR Diponegoro Kabupaten Sragen, tenis meja di SMA N 1 Sragen dan Seni di SMA PGRI Kabupaten Sagen. Dari 12 Atlet tersebut, atlet yang berasal dari MIN Trobayan ada 3 atlet dan 1 offcial yaitu Sugiwati, S.Pd.I atlet bulutangkis tunggal putri, Kusniyah. S.Ag. atlet tenis meja tunggal putri, Nur Faridatul Khasanah, M.Pd.I atlet Kreativitas Pembelajaran  serta Gimin, S.Ag., M.Pd. sebagai official Pembelajaran Kreatif.
Walhasil dari sekian cabang tersebut, Nur Faridatul Khasanah, M.Pd.I atlet  cabang Kreativitas Pembelajaran  berhasil meraih juara 3.

(FOTO BARENG) dari kiri 3 Panitia PGRI Kab. Sragen, Juara 1,2,3 (Nur farida Guru MIN Trobayan), 3 Juri.




                                             KONTINGEN KECAMATAN KALIJAMBE

                                      Nur Faridatul Khasanah, M.Pd.I. Juara 3 Cabang Pembelajaran Kreatif

Friday, April 8, 2016

Pendidikan Masa Kolonial


      Sejarah pendidikan yang akan diulas adalah sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia. Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.
      Untuk melancarkan misi pendidikan demi pemenuhan tenaga kerja murah, pemerintah mengusahakan agar bahasa Belanda bisa diujarkan oleh masyarakat untuk mempermudah komunikasi antara pribumi dan Belanda. Lalu, bahasa Belanda menjadi syarat Klein Ambtenaarsexamen atau ujian pegawai rendah pemerintah pada tahun 1864. Syarat tersebut harus dipenuhi para calon pegawai yang akan digaji murah. Pegawai sedapat mungkin dipilih dari anak-anak kaum ningrat yang telah mempunyai kekuasaan tradisional dan berpendidikan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Jadi, anak dari kaum ningrat dianggap dapat membantu menjamin hasil tanam paksa lebih efektif, karena masyarakat biasa mengukuti perintah para ningrat. Suatu keadaan yang sangat ironis, kehidupan terdiri dari lapisan-lapisan sosial yaitu golongan yang dipertuan (orang Belanda) dan golongan pribumi sendiri terdapat golongan bangsawan dan orang kebanyakan.
       Pemerintah Belanda lambat laun seolah-olah bertanggung jawab atas pendidikan anak Indonesia melalui politik etis. Politik etis dijalankan berdasarkan faktor ekonomi di dalam maupun di luar Indonesia. Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintah Hindia Belanda (Nederlands Indie). Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan kondisi di negeri Belanda sendiri dimana lembaga pendidikan dikelola secara bebas oleh organisasi-organisasi keagamaan, maka selama abad ke-17 hingga 18 M, bidang pendidikan di Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan tetap dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi mereka adalah berstatus sebagai pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan dan gaji. Dari sini dapat dipahami, bahwa pendidikan yang ada ketika itu bercorak keagamaan (Kristen Protestan). Hal ini juga dikuatkan dari profil para guru di masa ini yang umumnya juga merangkap sebagai guru agama (Kristen). Dan sebelum bertugas, mereka juga diwajibkan memiliki lisensi (surat izin) yang diterbitkan oleh VOC setelah sebelumnya mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh gereja Reformasi.
     Kondisi pendidikan di zaman VOC juga tidak melebihi perkembangan pendidikan di zaman Portugis atau Spanyol. Pendidikan diadakan untuk memenuhi kebutuhan para pegawai VOC dan keluarganya di samping untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah terlatih dari kalangan penduduk pribumi. VOC memang mendirikan sekolah-sekolah baru selain mengambil alih lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya berstatus milik penguasa kolonial Portugis atau gereja Katholik Roma. Secara geografis, pusat pendidikan yang dikelola VOC juga relative terbatas di daerah Maluku dan sekitarnya. Di Sumatera, Jawa dan Sulawesi, VOC memilih untuk tidak melakukan kontak langsung dengan penduduk, tetapi mempergunakan mediasi para penguasa lokal pribumi. Jikalaupun ada, itu hanya berada di pusat konsentrasi pendudukannya yang ditujukan bagi para pegawai dan keluarganya.
Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:

(1)  Pendidikan Dasar
Berdasar peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya. Kelas 1 (tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung. Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3 (terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata. Proses kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik para murid-muridnya dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain Batavische school (Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622); Burgerschool (Sekolah Warga-negara, berdiri tahun 1630); Dll.

(2) Sekolah Latin
Diawali dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun 1642. Sesuai namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran utamanya adalah bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini secara permanent ditutup tahun 1670.

(3) Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
Sekolah untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh Gubernur Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi 4 kelas secara berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda, Melayu dan Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah bahasa Latin. Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunanu dan Yahudi, filsafat, sejarah, arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman yang diasuh langsung oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama dengan durasi studi 5,5 jam sehari dan Sekolah ini hanya bertahan selama 10 tahun.

(4) Academie der Marine (Akademi Pelayanan)
Berdiri tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran dengan lama studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa Latin, bahasa ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), navigasi, menulis, menggambar, agama, keterampilan naik kuda, anggar, dan dansa. Tetapi iapun akhirnya ditutup tahun 1755.
(5) Sekolah Cina
1737 didirikan sekolah untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena peristiwa de Chineezenmoord (pembunuhan Cina) tahun 1740. Selanjutnya, sekolah ini berdiri kembali secara swadaya dari masyarakat keturunan Cina sekitar tahun 1753 dan 1787.

(6) Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya. Beberapa prinsip yang oleh pemerintah Belanda diambil sebagai dasar kebijakannya di bidang pendidikan antara lain:
(1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu;
(2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak  mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan kolonial;
(3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial, khususnya yang ada di Jawa.;
(4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial. Jadi secara tidak langsung, Belanda telah memanfaatkan kelas aristokrat pribumi untuk melanggengkan status quo kekuasaan kolonial di Indonesia.
     Jepang membawa ide kebangkitan Asia yang tidak kalah liciknya dari Belanda. Pendidikan semakin menyedihkan dan dibuat untuk menyediakan tenaga cuma-cuma (romusha) dan kebutuhan prajurit demi kepentingan perang Jepang. Sistem penggolongan dihapuskan oleh Jepang. Rakyat menjadi alat kekuasaan Jepang untuk kepentingan perang. Pendidikan pada masa kekuasaan Jepang memiliki landasan idil hakko Iciu yang mengajak bangsa Indonesia berkerjasama untuk mencapai kemakmuran bersama Asia raya. Pelajar harus mengikuti latihan fisik, latihan kemiliteran, dan indoktrinasi yang ketat.
Sejarah Belanda sampai Jepang dipahami sebagai alur penjelasan kalau pendidikan digunakan sebagai alat komoditas oleh penguasa. Pendidikan dibuat dan diajarkan untuk melatih orang-orang menjadi tenaga kerja yang murah. Runtutan penjajahan Belanda dan Jepang menjadikan pendidikan sebagai senjata ampuh untuk menempatkan penduduk sebagai pendukung biaya untuk perang melalui berbagai sumber pendapatan pihak penjajah. Pendidikan pula yang akan dikembangkan untuk membangun negara Indonesia setelah merdeka.

HINDU-BUDHA
     Pada masa Hindu-Budha ini, kaum Brahmana merupakan golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Perlu dicatat bahwa sistem kasta tidaklah diterapkan di Indonesia setajam sebagaimana yang terjadi di India. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain. Pola pendidikannya mengambil model asrama khusus, dengan fasilitas belajar seperti ruang diskusi dan seminar. Dalam perkembangannya, kebudayaan Hindu-Budha membaur dengan unsur-unsur asli Indonesia dan memberi ciri-ciri serta coraknya yang khas.
Menjelang periode akhir tersebut, pola pendidikan tidak lagi dilakukan dalam kompleks yang bersifat kolosal, tetapi oleh para guru di padepokan-padepokan dengan jumlah murid relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual religius. Para murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi secara umum dapatlah disimpulkan bahwa:
 (1) Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi;
(2) Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru yang lain;
(3) Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di istana disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke guru-guru tertentu;
(4) Pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.

Friday, March 25, 2016

Visi, Misi, dan Tujuan MIN Trobayan



VISI :
Terwujudnya Insan yang unggul Prestasi, Berakhlaq Karimah, dan Terampil.

MISI :
  1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik.
  2. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan;
  3. Melaksanakankan pembelajaran dan pembiasaan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;
  4. Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat;
  5. Melaksanakan pendidikan ketrampilan sebagai bekal awal untuk melanjutkan pendidikan.
  6. Melestarikan budaya Islami yang mampu memberi sumbangan positif dalam kehidupan.

TUJUAN :
1. Tujuan Umum
  • Menjadikan lembaga pendidikan yang Islami;
  • Meletakkan dasar-dasar pendidikan pada kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak karimah dan ketrampilan.
2. Tujuan Khusus
  • Mengoptimalkan dasar-dasar pengetahuan sehingga mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;
  • Meningkatkan prestasi akademik siswa;
  • Menjuarai lomba akademik dan non akademik;
  • Meningkatkan minat baca siswa di ruang perpustakaan;
  • Meningkatkan kegiatan ibadah dengan shalat dhuhur berjamaah dan latihan kithabah);
  • Menanamkan dan membiasakan budaya Islami;
  • Meningkatkan keterampilan siswa dalam kegiatan komputer dan prakarya.

Data Guru dan Karyawan MIN Trobayan

No Nama Pangkat/Gol Jabatan
1 Siti Marwiyah, S.Ag, M.Pd.I
Kepala Madrasah
2 Azis Salimi S.Ag. Pembina/IV A Guru Kelas VI A
3 Sri Rejeki S.Pd.SD Pembina/IV A Guru Kelas VI B
4 Ikhsan S.Pd.I. Penata/III C Guru Kelas V A
5 Zubaidi Arrosid S.Pd.I. Penata Muda Tk.I/III B Guru Kelas V B
6 Suyatno S.Pd.I. Penata/III C Guru Kelas IV A
7 Nur Faridatul Khasanah S.Pd.I. Penata Muda Tk.I/III B Guru Kelas IV B
8 Kusniyah, S.Ag. Pembina/IV A Guru Kelas III A
9 Murtafiah Kodriyah S.Ag. Penata Tk.I/III D Guru Kelas III B
10 Siyamidiningsih, S.Pd.I Penata/III C Guru Kelas II A
11 Maryam Indri Astuti S.Pd.I. Penata/III C Guru Kelas II B
12 Sugiwati S.Pd.I. Penata Muda Tk.I/III B Guru Kelas I A
13 Isnaini Laela Nurohmah S.Pd.I. Penata/III C Guru Kelas I B
14 Lilik Stiawan, S.Pd.I - Guru Damping Kelas VI A - VI B
15 Ary Hunanda Kuswandari, S.Pd - Guru Damping Kelas V A - V B
16 Muhammad Mansyur Tsalasa S.Pd - Guru Damping Kelas IV A - IV B
17 Nining Nafsiah Kurniawati, S.Pd. - Guru Damping Kelas III A - III B
18 Anis Fuadah, S.Pd.I Penata Muda/III A Guru Damping Kelas II A - II B
19 Miftahul janah S.Pd.I. - Guru Damping Kelas I A - I B
20 Edi Supriyanto A.Ma. - Guru Olah Raga
21 Fujriyah Mareta Nur, S.Pd - Guru Bahasa Inggris
22 Putri Khoiratush Siyam - Tata Usaha
23 Muslih - Keamanan
24 Nurul Khasanah - Kebersihan

Penerimaan Peserta Didik Baru 2016/2017

VISI :
Terwujudnya Insan yang unggul Prestasi, Berakhlaq Karimah, dan Terampil.

MISI :
  1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik;
  2. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan;
  3. Melaksanakankan pembelajaran dan pembiasaan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;
  4. Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat;
  5. Melaksanakan pendidikan ketrampilan sebagai bekal awal untuk melanjutkan pendidikan;
  6. Melestarikan budaya Islami yang mampu memberi sumbangan positif dalam kehidupan.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Trobayan menerima pendaftaran calon peserta didik baru tahun pelajaran 2016/2017 dengan ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam brosur di bawah ini:


BROSUR BELAKANG


Jika membutuhkan info lebih lanjut dan lebih jelasnya silahkan datang langsung ke MIN Trobayan di alamat berikut:
Drugan, Trobayan, Kalijambe, Sragen

Thursday, March 24, 2016

MIN Trobayan Juara 2 Pesta Siaga Tingkat Kwartir Cabang Kabupaten Sragen 2016


     Lagi-lagi…………….MIN Trobayan yang sudah memiliki segudang prestasi, diperkaya lagi dengan keberhasilannya dalam meraih JUARA II Barung Putri dalam event Pesta Siaga Kawartir Cabang Kabupaten Sragen. 
     MIN Trobayan pada hari Rabu, tanggal 2 Maret 2016 bertempat di SD negeri Kroya Karang malang Kabupaten Sragen telah mengikuti kompetisi Pesta Siaga Tingkat Kwartir Cabang Kabupaten Sragen. MIN Trobayan mewakili Kwartir Ranting Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen.
     Dengan 10 peserta pramuka siaga Gudep 18.1396 MIN Trobayan dibawah asuhan BINA DAMPING Kak Miftahul Jannah, S.Pd.I dibantu oleh Kak Suyatno, S.Pd.I, Kak Zubaidi Arrosid, S.Pd.I dan Kak Edi Supriyanto, dengan penanggunjawab Kak Gimin, S. Ag., M.Pd. selaku Kamabigus, dengan penuh semangat mengikuti lomba walaupun pada awalnya ada 3 anak yang sempat mendapat perawatan karena kehabisan tenaga, namun karena dorongan semangat yang luar biasa, sebanyak 14 warung kegiatan semuanya dilalui dengan penuh optimis.
     Detik-detik menegangkan, rasa was-was dan cemas dirasakan oleh seluruh tim disaat pengumuman dibacakan. Dan Alhamdulillah perjuangan semua tim tidak sia-sia, MIN Trobayan mendapat Juara 2 barung Putri dengan nilai 1.313 dari 20 kecamatan se-Kabupaten Sragen.
Dengan kemenangan ini akhirnya MIN Trobayan ditunjuk untuk mewakili Kwartir Cabang Kabupaten Sragen bersama Juara 1 dan Juara 3 untuk mengikuti Pesta Siaga Tingkat Binwil Karesidenan Surakarta yang akan dilaksanakan besuk pada hari Sabtu tanggal 26 Maret 2016 di Gondangwinangun Klaten. (gmn)

Wednesday, March 23, 2016

Kegiatan Sosial MIN Trobayan


      Madrasah tidak hanya sekedar mendidik anak didik untuk unggul akademik saja.Namun jauh lebih dari itu sikap social perlu ditanamkan sejak dini dengan harapan mampu memberi bekal agar  kelak memiliki sikap peduli terhadap sesama.Terkait dengan halter sebut MIN Trobayan pada hari Jum’at tanggal 12 Pebruari 2016 telah menghimpun dana social dari 339 siswa dan guru karyawan MIN Trobayan
    Serta beberapa wali murid untuk disumbangkan kepada Adik Ufairah yang karena kehendak Allah memiliki penyakit Atresia billier yang harus menghadapi operasi transplantasi hati.
     Dalam kegiatan penyerahan bantuan tersebut semua siswa dengan didampingi bapak/ibu guru secara bersama-sama berkunjung dan silaturahmi kerumah Adik Ufairah sekaligus menjenguk kondisi terkini kondisi AdikUfairah. (gmn)
 


Monday, February 29, 2016

Bhakti Sosial Bersama Fakultas Kedokteran UMS Surakarta

MIN Trobayan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UMS Surakarta menggelar kegiatan Bhakti Sosial dalam rangka Studi Wisata Islam Terbuka
senam LANSIA yang diikuti oleh Bapak/Ibu lansia desa Trobayan dan sekitarnya yang berjumlah kurang lebih 50 lansia, dengan antusias mengikuti senam lansia yang dipandu oleh Tim Puskesmas Kalijambe dan Tim Fakultas Kedikteran UMS Surakarta
setelah selesai senam, bapak/Ibu Lansia sarapan bersama (Bubur Kacang ijo), disinilah  sangat kelihatan kekompakan dan kerukunan antara satu dengan lainnya.
 Pemeriksaan kesehatan secara gratis oleh Tim Kedokteran UMS Surakarta
 Pengambilan Obat secara gratis yang telah disediakan oleh Tim Fak. Kedokteran UMS Surakarta
foto bersama keluarga besar MIN Trobayan dengan para mahasiswa fakultas kedokteran UMS Surakarta.

terima kasih para mahasiswa fakutas kedokteran UMS Surakarta, atas kerjasamanya, sungguh besar jasamu, dan kunanti kerjasama berikutnya.